Remiman Gea:
Teladan Kaleb, Sang Pahlawan Israel

Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: ”Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!”

(Bilangan 13:30)

Jikalau kita belajar tentang tokoh Kaleb, kita akan menemukan banyak hal yang luar biasa dari tokoh ini, sehingga tidaklah mengherankan apabila Kaleb dikatakan sebagai seorang pahlawan. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan didefinisikan sebagai “orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.” Saya pikir definisi itu sangat relevan diterapkan kepada Kaleb. Kaleb disebut sebagai pahlawan karena keberaniannya, dan bukan hanya keberanian, tapi juga karena kebenaran yang dia yakini.

Seperti kita ketahui, bahwa yang mengintai kota oleh perintah Musa itu bukan hanya Kaleb, tetapi ada 11 orang lainnya. Dan, seperti kita ketahui juga, bahwa kedua belas orang itu adalah para pemimpin, yakni kepala-kepala suku dari setiap suku di Israel. Namun, kita juga mengetahui, bahwa pada waktu itu mayoritas para pemimpin tidak percaya, bahwa mereka mampu menaklukkan kota itu, kecuali dua orang, yang bernama Kaleb dan Yosua. Kaleb berani bukan karena tidak ada alasan, tetapi karena ada satu alasan yang jelas. Apa dasar keyakinan dari Kaleb, sehingga ia berani berbeda dan berani menyuarakan, bahwa mereka mampu menaklukkan kota itu, di saat yang lain tidak yakin akan hal itu?

Kaleb percaya akan janji Tuhan bagi bangsa Israel. Di dalam Bilangan 14:8-9, Kaleb berkata,

“Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka.”

Pernyataan tersebut menunjukkan keyakinan Kaleb akan janji Tuhan bagi bangsa Israel. Ia yakin akan janji Tuhan. Ia percaya, bahwa kota itu akan menjadi milik mereka seperti yang Tuhan telah sampaikan dan janjikan kepada mereka. Inilah keyakinan seorang Kaleb yang berani berbeda, yang berani melawan arus mayoritas pada saat itu. Tetapi Kaleb bukan sembarangan tampil beda, karena dia punya dasar yang jelas, yaitu janji Tuhan. Kaleb (dan Yosua) berani berbeda dan melawan dalam kebenaran. Mereka berani menyampaikan apa yang semestinya, yang harus mereka yakini dan mereka percayai.

Kisah ini menunjukkan, bahwa tidak selamanya mayoritas itu benar, tidak selamanya mayoritas itu berkuasa atas minoritas, dan tidak selamanya minoritas tidak bisa berkontribusi.

Bagaimana dengan kita? Bukan berarti karena kita minoritas, maka kita tidak bisa berbuat bagi bangsa ini. Dibutuhkan pahlawan-pahlawan Kristen yang mau berkontribusi bagi bangsa ini. Yeremia 29:7 menuliskan,

Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.

Teman-teman, mungkin kita merasa bahwa kita berada di negara ini adalah satu kesalahan,  tetapi satu hal yang saya yakini, itu adalah bagian dari rencana Tuhan. Memang di negara Indonesia, kita secara jumlah sangat jauh berbeda, tetapi bukan berarti kita tidak pernah berkontribusi bagi bangsa ini. Justru dibutuhkan Kaleb-Kaleb masa muda, yang terus bersuara dengan keyakinan yang benar. Ada begitu banyak pahlawan dan tokoh Kristen yang sudah berkontribusi bagi bangsa ini. Sebut saja Agustinus Adisucipto, Johannes Leimena, atau Donald Isaac Panjaitan. Apakah hanya mereka? Tidak. Pertanyaannya, apakah berhenti sampai di nama-nama itu? Saya pikir tidak. Kita masih membutuhkan pahlawan-pahlawan Kristen, Kaleb-Kaleb muda yang bersuara dalam kebenaran, sehingga melalui itu kita bisa berkontribusi bagi bangsa ini.

Dalam buku “Kingdom Calling” dikatakan, bahwa melalui profesi pun kita bisa bermisi dan menyatakan Kerajaan Allah. Dengan demikian, bisa dikatakan, bahwa apabila kelak kita mati ketika mengerjakan panggilan Tuhan di dunia profesi, maka kematian itu sama mulianya dengan kematian seorang misionaris yang mati di dalam pelayanannya.

Pahlawan adalah mereka yang telah menjadi hamba-hamba Tuhan yang berkontribusi bagi bangsa ini. Sekali lagi selamat memperingati Hari Pahlawan 10 November. Kiranya Tuhan menolong kita semua. Amin.


Tulisan ini adalah saduran dari siaran “Sejenak Menikmati Sabda” pada tanggal 9 November 2022 di YouTube Perkantas, yang dapat disaksikan di sini.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »