Elizabeth Font Pandya:
Pengendalian Diri

“Tetapi buah roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri, tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”

Galatia 5:22-23

Apakah ada dari antara kita yang pernah menonton video yang menayangkan beberapa anak kecil di dalam satu ruangan yang diberikan satu marshmallow dan dijanjikan akan diberikan tambahan satu marshmallow lagi apabila mereka bisa bertahan selama beberapa waktu tidak memakan marshmallow yang sudah diberikan?

Ya, beragam reaksi muncul dari anak-anak kecil yang menggemaskan itu. Ada yang langsung memakan habis, ada yang menyuil sedikit demi sedikit, mungkin berharap tetap bisa mendapatkan marshmallow kedua. Ada juga yang menciumi sambil memukul-mukulkan tangannya ke meja, sepertinya dia sudah mulai frustasi. Ada yang menyentuh-menyentuh saja, dan ada juga yang bertahan sampai akhir, hanya memandangi dan akhirnya mendapatkan tambahan marshmallow satu lagi.

Video tersebut menggambarkan betapa sulitnya mengendalikan diri atas keinginan-keinginan yang muncul dari dalam diri kita. Nah, apa sih sebenarnya pengendalian diri itu?

Berdasarkan bagian firman Tuhan di atas, pengendalian diri itu merupakan salah satu dari buah roh. Nah, saya akan mencoba memberikan definisi dari buah roh, menggabungkan dari pengertian secara psikologi dan pengertian secara teologi.

Di dalam ilmu psikologi, pengendalian diri atau self-control adalah kemampuan untuk mengelola impuls, emosi, dan perilaku demi mencapai tujuan. Sedangkan di dalam salah satu penjelasan yang diberikan oleh Tim Keller dari sudut pandang teologi, pengendalian diri adalah kemampuan untuk memilih bagian yang penting daripada bagian yang mendesak. Jadi, jika saya bisa menyimpulkan apa sih sebenarnya pengendalian diri itu jika digabungkan kedua pengertian tadi, maka saya menggabungkannya menjadi: pengendalian diri adalah kemampuan mengelola emosi, pikiran, dan perilaku sehingga seseorang mampu memilih hal-hal yang penting daripada hal-hal yang mendesak.

Mengapa pengendalian diri ini penting untuk kita miliki? Saya menemukan ada dua alasan. Yang pertama, adalah karena Kristus dimuliakan.

Kristus dimuliakan

Pengendalian diri ini merupakan buah roh, jadi pengendalian diri itu bukan berasal dari diri kita sendiri, bukan merupakan kemampuan kita, melainkan pekerjaan roh di dalam diri kita. Jadi, seorang Kristen mengendalikan dirinya bukan hanya dengan mengatakan tidak kepada hal-hal yang berdosa, tetapi ketika kita mengatakan tidak, kita mengatakannya dengan cara tertentu, yaitu dengan iman kepada kuasa Kristus dan demi kesenangan Kristus. Itu yang menjadi alasan kita mengendalikan diri. Dengan kita menolak keinginan-keinginan daging dan hidup bagi Kristus, itu kita sedang meletakkan Kristus sebagai yang tertinggi dan yang terutama di dalam kehidupan kita.

Inilah yang menjadi perbedaan antara pengendalian diri duniawi dan pengendalian diri orang percaya. Siapa yang akan mendapatkan kemuliaan atas kemenangan kita saat kita bisa mengendalikan diri? Di situlah letak perbedaannya. Akankah kita yang mendapatkan kemuliaannya atau akankah Kristus yang mendapatkan kemuliaannya? Jika kita melatih pengendalian diri dengan iman dalam kuasa dan kesenangan Kristus yang lebih tinggi, tentu Kristus yang akan mendapatkan kemuliaan.

Jadi, ketika kita mengatakan tidak kepada dosa dan iya kepada Kristus, itu merupakan bentuk dari pengendalian diri dan dengan demikian Kristus dimuliakan. Itu alasan yang pertama mengapa pengendalian diri penting kita miliki, yakni adalah karena Kristus dimuliakan.

Karakter ilahi

Yang kedua, pengendalian diri penting kita miliki karena pengendalian diri ini adalah karakter ilahi. Beberapa bagian kitab Amsal menunjukkan perbedaan orang-orang yang memiliki pengendalian diri yang baik dan yang tidak baik. Mereka yang memiliki pengendalian diri yang baik digambarkan dengan tiga penggambaran. Yang pertama, mereka yang memiliki pengendalian diri yang baik adalah seorang yang memiliki pertahanan yang baik sehingga tidak mudah diserang oleh musuh.

Seperti kita ketahui, hidup kita di tengah-tengah dunia ini merupakan arena peperangan. Kapan saja, di mana saja, musuh bisa menyerang kita. Dan, orang yang memiliki pengendalian diri adalah mereka yang punya pertahanan yang baik, sehingga menang dalam pertempuran, tidak mudah diserang oleh musuh.

Amsal 25: 28 menyamakan orang yang tidak dapat mengendalikan diri dengan kota yang dibobol dan dibiarkan tanpa tembok. Kota yang tanpa tembok itu gampang sekali diserang dan dikuasai musuh. Demikianlah orang yang tidak dapat mengendalikan dirinya. Misalnya, mereka yang tidak dapat mengendalikan dirinya dari keinginan akan makanan itu bisa menjadi orang yang rakus, bisa menjadi orang yang mudah terserang berbagai macam penyakit, karena senang dengan berbagai macam makanan.

Lalu yang kedua, mereka yang memiliki pengendalian diri yang baik adalah mereka yang seperti seorang pahlawan yang kuat, perkasa, berstrategi, sehingga dapat memenangkan pertempuran. Amsal 16: 32 mengatakan, orang yang sabar melebihi seorang pahlawan. Orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota. Seseorang yang mampu merebut kota itu merupakan penggambaran dari mereka-mereka yang mampu menguasai diri. Ini merupakan satu penggambaran dari pahlawan yang pergi masuk ke arena pertempuran dan kemudian berhasil merebut daerah yang dilawan, diserang. Itu berarti menunjukkan kekuatannya, keperkasaannya, ada strategi di dalamnya, sehingga akhirnya lawan bisa ditaklukkan. Jadi, mereka yang memiliki pengendalian diri itu digambarkan seperti seorang pahlawan yang demikian.

Dan, yang ketiga, mereka yang memiliki pengendalian diri adalah mereka yang memiliki kecerdasan emosi. Amsal 12: 16 mengatakan, “bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga, tetapi bijak yang mengabaikan cemo’oh.” Jadi orang-orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya itu bisa dengan mudahnya mengeluarkan apapun dari mulutnya menuruti dorongan-dorongan dari dalam hatinya. Kalau marah ya marah, bisa ngomong kasar, kalau kesel ngomongnya bisa tidak benar, bisa keluar “kebun binatang” atau kata-kata kotor.

Tetapi, mereka yang mampu mengendalikan diri di sini dikatakan menjadi seperti seorang yang bijak. Ini merupakan satu penggambaran dari kecerdasan emosi seseorang. Mampu mengendalikan emosi, mampu meregulasi emosi itu merupakan tanda kecerdasan emosi seseorang.

Kalau melihat perkembangan zaman sekarang ini, kecerdasan emosi menjadi salah satu hal yang sangat dipentingkan dalam kehidupan sosial. Belakangan ini banyak lapangan pekerjaan mengutamakan orang-orang yang memiliki kecerdasan emosi daripada sekedar kecerdasan intelektual. Banyak orang yang hanya cerdas secara intelektual ternyata tidak mampu bertahan lama di satu tempat tertentu. Mereka menjadi pribadi yang tidak menyenangkan, tidak disukai, dan juga suka berkonflik dengan orang lain.

Jadi, karena dua alasan ini mengapa pengendalian diri penting kita miliki: Yang pertama karena Kristus dimuliakan melaluinya, dan yang kedua karena pengendalian diri merupakan karakter ilahi. Amin.


*sumber: youtube.com/@perkantas

Tinggalkan Balasan

Translate »