Johan Andreas Santoso:
Diajar oleh Kasih Karunia

“Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus….”

(Titus 2:11-13)

Surat Titus ini ditulis oleh Rasul Paulus kepada Titus, seorang yang dipercaya untuk mengembalakan jemaat di Pulau Kreta, menolong Paulus untuk mengerjakan tugas penggembalaan di sana. Di Pulau Kreta ini, Titus diberi tugas untuk memilih para penatua jemaat, orang-orang yang akan memimpin jemaat, orang-orang yang akan melayani gereja di sana.

Tetapi persoalannya adalah bahwa kalau kita melihat kepada orang-orang Kreta di sana, latar belakang orang-orang ini adalah bukan orang-orang yang secara alamiah atau latar belakangnya adalah orang-orang yang memang siap untuk ada dalam tugas pelayanan yang seperti itu. Saya sendiri tidak terlalu paham berapa lama kemudian gereja itu sudah berdiri di sana, di Kreta, sehingga sudah berapa lama juga kemudian kita bisa bertanya, orang-orang ini sudah ditolong atau dimuridkan baik oleh Paulus atau oleh Titus di sana sampai mereka akan siap untuk tugas pelayanan itu.

Tetapi kalau kita melihat kepada pasal pertama ayat 12, kita menemukan beberapa identitas atau label yang diberikan kepada orang-orang Kreta itu. Dikatakan oleh Paulus mengutip seorang nabi yang ada di Kreta di sana, di antara kaum mereka sendiri menyebutkan bahwa latar belakang orang-orang Kreta itu dikenal sebagai pembohong, binatang buas, dan pelahap yang malas. Ini mengindikasikan bagi kita betapa hidup orang-orang Kreta itu ada dalam keadaan yang buruk, ada dalam kebiasaan-kebiasaan yang jauh dari ideal untuk menjadi orang-orang yang bisa melayani jemaat di dalam gereja yang sedang Paulus dan Titus layani ini.

Nah, kalau begitu kita juga punya pertanyaan bagaimana orang-orang ini kemudian bisa dipanggil atau bisa disiapkan, bisa diberi tugas untuk tugas pelayanan di dalam gereja itu. Apa yang membuatnya mungkin? Bagaimanapun, kita bisa percaya dan melihat bahwa sebagaimana Paulus katakan di pasal pertama, di salam kepada Titus, gerejanya adalah gereja yang sudah ada, gereja yang sudah mengenal Kristus, gereja yang sudah mengalami bagaimana berita Injil itu sampai kepada mereka dan itu membawa perubahan di dalam hidup mereka.

Tetapi perubahan-perubahan itu juga bukan sesuatu yang berhenti. Perubahan-perubahan yang terjadi di awal misalnya, dan kemudian perubahan-perubahan itu bersifat satu kali saja. Ini membuat orang-orang di Kreta itu bisa menjadi orang-orang yang siap untuk melayani karena mereka mengalami perubahan yang setiap kali. Dari mana ide itu berasal?

Kasih karunia itu nyata

“Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.” Saya rasa itu yang menjadi dasar paling penting bagi perubahan hidup di dalam diri orang-orang Kreta ini. Karena ada tindakan Tuhan yang sedemikian besar. Ada kasih karunia Allah yang sudah didemonstrasikan, yang membereskan persoalan paling besar di dalam diri manusia yaitu keberdosaannya. Dan itu berlaku juga kepada orang-orang Kreta ini.

Kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia tidak terkecuali memberikan dan menawarkan keselamatan itu kepada setiap orang. Tidak hanya bagi orang Yahudi yang pada waktu itu menjadi umat mula-mula yang disebut sebagai umat Allah di mana perjanjian dengan Allah itu terjadi. Yang kemudian juga di dalam atau di antara mereka Kristus melayani dan menunjukkan apa yang Allah kehendaki. Itu tidak hanya bagi mereka, tapi bagi semua manusia. Termasuk bagi orang-orang Kreta yang tadi kita sudah sebutkan kualitasnya di masa-masa sebelumnya. Bagi orang-orang yang bahkan dengan tindakan dan pola hidup yang buruk, identitas yang buruk dengan kebiasaan-kebiasaan dan masa lalu yang sesuram apapun, kasih karunia Tuhan itu ditawarkan dan bekerja di antara mereka.

Ketika kasih karunia Tuhan dinyatakan kepada mereka, mereka percaya kepada Kristus, mereka percaya kepada keselamatan yang ditawarkan, kepada pengampunan yang diberikan, kepada karya yang dinyatakan oleh Kristus di atas kayu salib itu. Mereka menyerahkan diri mereka sebagai respon untuk menundukkan diri, menerima anugerah keselamatan itu, dan menerima diri mereka dipimpin oleh Tuhan. Maka ada perubahan hidup yang nyata. Itu menjadi titik mula mereka dibenarkan di dalam Kristus.

Dan yang kalau kita lihat berikutnya, bahwa pernyataan di ayat ke-12, Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan duniawi. Ia, siapa Ia yang dimaksudnya? Ada beberapa catatan soal ayat ini. Ia, ada yang menafsirkan sebagai Kristus sendiri, atau Allah yang menyatakan kasih karunia itu, yang mendidik kita. Yang mendidik kita supaya kita meninggalkan hidup yang lama. Tetapi juga ada tafsiran yang lain melihat kepada bahasa aslinya, ada dua versi setidaknya, yang menyatakan bahwa yang mendidik kita, Ia itu merujuk kepada kasih karunia itu. Tadi merujuk kepada pribadi Allah, yang sekarang merujuk kepada kasih karunia. Kasih karunia itulah yang mendidik kita.

Apa yang kita terima, keselamatan itu, pengampunan itu, yang tentu saja ada Allah di baliknya. Itulah yang mendidik kita, mengajar kita, supaya kemudian kita bisa berubah di dalam perspektif terhadap kehidupan yang lama, atau terhadap kehidupan yang berdosa itu. Itulah yang dialami oleh orang-orang di Kreta. Mereka mengalami pembaruan di dalam perspektif mereka terhadap kehidupan yang berdosa. Sehingga mereka, orang-orang yang menjadi percaya ini, bisa bangkit atau bisa keluar dari level-level yang tadi sudah dibicarakan di atas, bahkan disebutkan oleh Nabi di Kreta itu. Paulus memang menyatakan bahwa sedemikian itulah orang-orang itu tadinya.

Itu karenanya Paulus menekankan kepada Titus lewat surat ini, kau mesti mengajar mereka dengan tegas, dengan sungguh-sungguh, karena memang ada natur itu. Paulus tidak mengingkarinya. Tetapi dia juga menyebutkan bahwa pekerjaan kasih karunia itu terus terjadi di dalam hidup mereka. Dan itu terjadi setiap hari. Kasih karunia itu mengajar orang-orang di Kreta itu setiap hari. Sehingga pembaruan itu bisa terjadi setiap hari.

Pembaruan bukan hanya soal status dari berdosa, diampuni, tetapi setiap hari ada pembaruan yang dilakukan oleh kasih karunia itu. Kasih karunia itu bekerja sedemikian lengkap, sedemikian setia, sedemikian penuh kasih, sedemikian sabar setiap hari mengajar mereka. Mengajar kita kalau kita renungkan di dalam konteks kita hari ini. Mengajar sehingga punya perspektif yang baru terhadap kehidupan yang berdosa, sehingga kemudian ada keputusan untuk meninggalkan kehidupan yang berdosa itu.

Mengalami pembaruan setiap hari

Tetapi meninggalkan kehidupan yang berdosa adalah satu cerita. Cerita yang lainnya adalah kasih karunia itu mengajar atau memotivasi kita, sama dengan ayat 12 itu, untuk hidup atau menghidupi kehidupan yang baru. Sebuah kehidupan yang saleh di tengah-tengah tantangan dari apa yang ada di sekitar kita. Apa yang dikatakan di situ? Supaya kita hidup bijaksana, adil, dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.

Tentu tidak mudah kalau kita membayangkan konteks mereka di Kreta itu untuk hidup di dalam cara hidup yang baru seperti yang Paulus ajarkan lewat Titus. Tantangan tentu akan ada di sekeliling mereka, mengingat siapa saja orang-orang yang ada di sekeliling mereka. Dan belum tentu semua orang menjadi percaya. Karenanya ini menjadi kisah yang berbeda.

Kasih karunia mengajar mereka untuk tetap setia kepada kehidupan yang baru itu. Untuk menghidupi cara pandang yang baru, meninggalkan dosa, tetapi juga mengadopsi hal-hal yang baru. Pola berpikir yang baru, cara hidup yang baru, kebijaksanaan yang baru, gaya ibadah yang baru, pusat hidup kepada Tuhan yang berbeda dibanding yang mereka sempat sebelumnya. Kasih karunia memungkinkan mereka untuk menjalani itu dengan tekun dan sanggup sekalipun tantangan ada di sekeliling mereka.

Nah, kasih karunia yang sama juga menolong mereka untuk melihat tidak hanya kepada apa yang ada di sekeliling mereka setiap hari, tetapi juga melihat kepada apa yang jauh di depan. Kasih karunia setiap hari juga menolong mereka, mengingatkan mereka, dan meyakinkan mereka untuk dengan tekun dan setia menunggu kedatangan Kristus yang kedua itu. Bahwa Kristus akan datang, menggenapi pengharapan kita yang penuh bahagia dan akan menyatakan kemuliaan awal yang besar pada waktu kita boleh berjumpa dengan Dia dalam kedatangannya, atau berjumpa dengan Dia dalam kegagalan.

Kasih karunia yang sudah bekerja mengubah kita dan mengajar kita setiap hari, juga memberikan kepada kita satu pandangan yang jauh, pengharapan, motivasi, arah, dan energi untuk kita terus bertekun sampai waktu itu tiba. Kiranya kita mengalami diajar oleh kasih karunia yang sudah dinyatakan kepada orang-orang di Kreta itu, yang juga memberikan kepada kita energi setiap hari, pengajaran setiap hari, tuntunan setiap hari, dan kekuatan setiap hari menjadi alasan kita untuk hidup berkenan di hadapan Tuhan, menanggalkan hal-hal yang sudah lalu, menanggalkan kehidupan yang lama, mengenakan yang baru, dan mengarahkan diri kepada apa yang di depan kita. Pengharapan yang teguh dalam Kristus itu.

Mari setiap hari kita menikmati diajar oleh kasih karunia itu. Amin. Tuhan memberkati.

____________________________________________________

*Johan Santoso adalah Staf BPC Perkantas DIY

Tinggalkan Balasan

Translate »