Dan terjadilah, ketika seorang sedang menumbangkan sebatang pohon, jatuhlah mata kapaknya ke dalam air. Lalu berteriak-teriaklah ia: “Wahai tuanku! Itu barang pinjaman!” Tetapi berkatalah abdi Allah: “Ke mana jatuhnya?” Lalu orang itu menunjukkan tempat itu kepadanya. Kemudian Elisa memotong sepotong kayu, lalu dilemparkannya ke sana, maka timbullah mata kapak itu dibuatnya. Lalu katanya: “Ambillah.” Orang itu mengulurkan tangannya dan mengambilnya.
(2 Raja-raja 6: 5-7)
Kisah singkat dalam perikop di atas bercerita tentang mata kapak pinjaman yang tenggelam di sungai Yordan dan diangkat ke permukaan oleh nabi Elisa. Orang tersebut panik ketika mata kapak itu jatuh tenggelam ke dalam sungai. Itu kapak pinjaman, bagaimana mendapatkannya kembali? Puji syukur nabi Elisa ada di situ, tidak kebetulan dia diajak ikut untuk menebang pohon. Terjadilah kemudian: Elisha “cut a stick and threw it there, and made the iron float”. Besi bisa mengapung di atas air. Mujizat terjadi. Itu hanya bisa oleh kuasa Allah. Kehadiran dan kesiapan nabi Elisa telah menghadirkan kuasa Allah yang ajaib.
Kisah ini makin meneguhkan saya akan digenapinya visi-misi yang Tuhan percayakan kepada pelayanan Perkantas.
Kehadiran Elisa yang menghadirkan pertolongan Tuhan yang ajaib bukan hanya terjadi dalam konteks pelayanan. Dalam kisah mata kapak tenggelam (dan mengambang) ini, mereka hendak menebang pohon untuk membangun pondok bagi murid-murid nabi Elisa. Tak hanya itu, kita juga melihat kehadiran Elisa dalam mengatasi masalah kelaparan satu kota, pejabat tinggi yang sakit kusta, politik dan peperangan melawan raja Aram, dan perempuan Sunem yang mandul.
Dalam terjemahan NIV, Elisa disebut sebagai “man of God”. Saya suka dengan sebutan ini, karena terasa lebih inklusif, tidak hanya untuk nabi atau hamba Tuhan, tapi juga untuk setiap murid Kristus yang menyerahkan hidupnya bagi Allah. Karena itulah, saya belajar mengimani dan berdoa bahwa alumni Perkantas yang telah sungguh-sungguh mengikut Kristus, menyerahkan diri mengikuti panggilan Kristus, dan berharap hanya kepada kuasa Allah, mereka sesungguhnya siap untuk menghadirkan solusi Ilahi bagi persoalan-persoalan pelik yang dihadapi negeri ini, dalam skala pribadi ataupun yang lebih luas. Bukankah itu rahasia kesiapan nabi Elisa? Kita ingat bagaimana Elia melemparkan jubah kepadanya, memanggilnya untuk menjadi abdi Allah, dan Elisa rela membakar bajaknya tanda totalitas mengikuti panggilan, dan terakhir, bagaimana Elisa sangat sadar rahasia menjadi abdi Allah yang bisa menolong umat ada pada kuasa Allah. Inilah permohonan terakhir Elisa kepada gurunya, “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu” (2 Raj. 2:9).
Jadi siapakah Elisa masa kini? Siapakah “man of God” masa kini? Bisakah saya menjawab, salah satunya adalah alumni binaan PMK yang telah menerima panggilan Allah, mengikut Tuhan sepenuh hati, dan berharap hanya kepada kuasa Allah? Kita pasti tahu adanya alumni yang sedang hadir di tengah beragam profesi dan gerakan misi, siap dan sedang menjadi garam dan terang bagi sekitarnya.
Tidak kebetulan, ketika sedang menggumulkan visi misi Graduate Center (GC), ada beberapa sharing yang menguatkan hati. Saya bersyukur, dua minggu lalu boleh mendengar sharing seorang alumni yang bekerja sebagai head of sales satu perusahaan farmasi multinasional. Dia bercerita, bahwa dia sedang berupaya keras untuk membuka akses masyarakat mendapatkan tes Covid-19. Info gembira yang dia sampaikan, banyak ASN di level kementerian dan direktorat yang sudah benar-benar bekerja dengan hati sekarang. Kita harus perbanyak ini di semua lini pemerintahan dan swasta. Dia berkata, “Saya benar-benar menghayati kenapa Tuhan pakai di posisi ini untuk gerakkan satu kantor berkarya untuk Indonesia.” Ada satu keputusan murah hati dan mengharukan yang berani dia ambil untuk warga menengah ke bawah.
Dan saya bersyukur juga mendapat kabar minggu lalu tentang satu alumni binaan PMK dilantik oleh Menkeu Sri Mulyani sebagai Kepala BKF (Badan Kebijakan Fiskal). Tugas sangat berat menantinya. Kita berdoa untuk kehadiran dan kesiapannya menjadi “man of God”, menghadirkan hikmat dan kuasa Allah bagi persoalan pelik perekonomian Indonesia saat ini.
For such a time like this
Sudah hampir 50 tahun perjalanan pelayanan Perkantas mempersiapkan puluhan ribu mahasiswa untuk menjadi “men of God”, alumni yang menjadi murid Kristus yang sungguh-sungguh. Kiranya GC bersama seluruh PAK mengambil bagian meneguhkan kehadiran dan kesiapan alumni menjadi kabar baik bagi Indonesia. Alumni yang teguh dalam iman, pengharapan, dan kasih kepada Tuhan. Bukan ikut arus zaman, bukan ikut frustrasi, tapi berbuat sesuatu karena percaya kepada Allah yang hidup. Alumni yang relevan dan tanggap dengan pelbagai disrupsi yang terjadi, dan membawa pembaharuan.
Seorang alumni senior mendoakan saya untuk memahami visi yang didoakan Paulus dalam Efesus 1:17-20. Sebuah doa dan harapan yang sangat tinggi dan mulia. Tapi, sesungguhnya ini visi rasul Paulus bagi jemaat Efesus, jemaat yang sudah 3 tahun lamanya ia bina, untuk menjadi murid-murid Kristus yang kuat dan teguh menyatakan kemuliaan Allah. Memang seharusnya demikian visi hidup seorang murid Kristus. Kiranya visi mulia ini pula yang menjadi visi GC bagi para alumni, yakni menjadi murid-murid Kristus yang hadir dan siap menjadi men of God, kabar baik bagi Indonesia. Amin.