Melayani siswa sebenarnya tidak terpikirkan sejak awal, karena sekian lama menjadi staf, saya lebih banyak melayani mahasiswa, juga pernah melayani alumni. Namun, seiring perkembangan pelayanan Perkantas di Sulawesi Utara, kami melihat pentingnya melayani siswa. Adanya perkembangan pola kuliah, dimana mahasiswa akan semakin singkat masa studinya, sehingga semakin singkat pula waktu untuk membina mahasiswa, merupakan salah satu alasan kuat untuk memperhatikan pelayanan siswa.
Selain itu, ada pertimbangan kondisi pelayanan siswa di Manado yang sudah terlebih dahulu memiliki wadah melalui organisasi sekolah, namun belum banyak yang terstruktur pembinaannya dengan visi yang jelas. Hal-hal itulah yang menjadi pertimbangan, sehingga kemudian pelayanan siswa menjadi salah satu bagian perintisan oleh persekutuan mahasiswa waktu itu, sampai terbentuk wadah sendiri, yaitu PPK Manado.
Suatu ketika, karena staf siswa sedang studi sehingga tidak ada yang melayani siswa, saya pun ditunjuk menggantikan. Hingga saat ini pun, saya masih terjun di pelayanan siswa karena ketiadaan staf lain untuk mengerjakannya.
Melayani siswa tidak sama dengan mahasiswa, dan itulah tantangannya. Mereka demikian energik, kekinian, tak bisa seketat mahasiswa dalam alur pertemuannya, senang gawai, dan aktif di media sosial. Dalam hal perhatian dan fokus, mereka tidak bisa berlama-lama. Namun, mereka multitasking.
Sementara itu, saya butuh upaya ekstra untuk bisa lebih “gaul”. Sukacita di hati melihat semangat dan pemberian diri mereka, sekalipun belum tentu berjalan lancar, tapi mereka mau mencoba, melakukan terobosan, dan saya justru harus belajar dari mereka. Bagi saya, mereka seperti anak-anak saya, yang melalui dan bersama mereka Tuhan terus mengajarkan pertumbuhan.
Tantangan bagi kami di Manado adalah bagaimana menghadirkan pembinaan berkualitas dan relasi mendalam di tengah padatnya kegiatan kerohanian, baik sekolah maupun gereja. Selain itu, juga bagaimana membangun relasi dan kepercayaan dengan sekolah, dimana pembinaan kerohanian dilakukan oleh pihak sekolah melalui pelayanan siswa sekolah.
Sekarang ini, kerinduan terbesar adalah pertumbuhan siswa maupun TPS dalam kelompok kecil/KTB supaya mereka makin kenal Tuhan dan berbuah dalam pemuridan. Dari pertumbuhan ini juga diharapkan terjadi regenerasi staf siswa di Sulawesi Utara. Ladang pelayanan semakin luas. Bukan hanya di Manado, pelayanan siswa juga dirintis di Tondano, Tobelo, Gorontalo, dan Tahuna. Saya berdoa agar kiranya Tuhan memberikan alumni yang memberi perpuluhan waktunya, maupun pemberian sepenuhnya untuk pelayanan ini, sehingga pendampingan pelayanan bisa maksimal.