Keputusan untuk bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan akan menghasilkan relasi baru di antara pribadi kita dengan Tuhan Yesus. Pertobatan bukanlah titik akhir, melainkan awal mula kata dari rangkaian cerita serta kisah hidup kita bersama Yesus. Bermula dari pertobatan, berlanjut hidup di dalam ketaatan, hingga pertemuan di dalam kekekalan.
Inisiatif untuk memulai relasi ini datang dari pribadi Tuhan sendiri. Tuhan ingin agar kita memiliki pengalaman bersama-Nya secara pribadi dan intim setiap hari. Tuhan ingin agar kita hidup terhubung dengan-Nya sepanjang hari. Dia berhasrat untuk memakai segala keadaan yang kita hadapi setiap hari sebagai tempat-tempat dimana kita dapat dekat dan bersentuhan dengan-Nya. Semua kerinduan Tuhan tersebut terangkum di dalam suatu perintah yang begitu indah, “Tinggallah di dalam-Ku.”
Perintah untuk tinggal di dalam Kristus memerlukan kesetiaan yang terus menerus. Sejujurnya, tidak ada makna yang begitu religius ketika kita memaknai kata “tinggal di dalam.” Suatu kata biasa yang bisa diartikan “tetap” atau “berlanjut.” Perintah ini mengandung suatu kerinduan yang begitu dalam dari pribadi Yesus, sebaliknya juga menuntut suatu kesetiaan penuh dari dalam diri kita.
Tetap Tinggal Berarti Terhubung dengan Sumber Hidup
Tinggal di dalam Yesus berarti tetap tersambung kepada pribadi yang memberi hidup, pribadi yang memberi kuasa, juga pokok yang memberi pertumbuhan. Relasi ini dapat kita mengerti dengan jelas dalam Yohanes 15:4-5, dimana Yesus mengibaratkan diri-Nya sebagai pokok anggur dan kita sebagai ranting-rantingnya,
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Tetap Tinggal Berarti Percaya Pada Kasih Yesus
Banyak hal yang bisa membuat kita ragu apakah Yesus tetap peduli dan mengasihi kita, entahkah itu penyakit yang kita derita, ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi, ataupun kekecewaan-kekecewaan yang kita alami. Tetap tinggal di dalam kasih Yesus berarti terus percaya bahwa kita dikasihi oleh Yesus sekalipun dalam kondisi-kondisi sulit. Kasih Tuhan nyata, bahkan di dalam masa-masa sulit kita.
Tetap Tinggal Berarti Memercayai Perkataan Yesus
Memercayai sepenuhnya perkataan Yesus menandakan kita tetap tinggal di dalam Yesus. Yohanes 8:31 mencatat dengan jelas perintah-Nya, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku.” Tetap percaya pada Firman Tuhan berarti percaya dan meyakini segala hal yang telah Yesus ungkapkan mengenai diri-Nya, Bapa yang mengutusNya, juga teladan yang telah ditunjukkan-Nya.
Implikasi dari tetap tinggal di dalam firman-Nya tertulis di ayat 32, “… dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Melalui bagian ini, secara gamblang Tuhan Yesus membukakan konsekuensi nyata ketika kita melakukan perintah-Nya sepenuhnya, yaitu bahwa diri kita akan dimerdekakan dari dosa. Kemerdekaan dari dosa adalah buah dari ketaatan kita terhadap firman-Nya.
Yesus Juga Menjaga Kita Agar Tetap Tinggal
Segalanya akan terlihat begitu sulit dan membuat putus asa apabila kita berusaha menanamkan motivasi untuk tetap tinggal dengan percaya kepada kasih dan perkataan Yesus hanya berdasarkan usaha kita sendiri. Manusia cenderung mudah jengah dan tergoda untuk beralih tinggal ke “tempat” lain, yakni menyandarkan diri kepada ambisi, keamanan finansial, dan mengandalkan kekuatan manusia, bukan kekuatan Tuhan.
Yesus mengerti benar kelemahan kita. Meskipun Dia telah memerintahkan kita untuk tinggal di dalam Dia, Dia juga menjaga diri kita untuk tetap tinggal di dalam Dia. Inilah titik krusial: ketika kita cenderung gagal untuk tetap setia tinggal di dalam Yesus, Dia sendiri bertindak untuk menjaga kita agar tetap tinggal di dalam Dia.
Yesus menjaga kita melalui tiga cara yang indah. Pertama Dia menjamin melalui firman-Nya, bahwa tidak ada yang dapat merampas domba milik kepunyaan-Nya dari tangan-Nya. Kedua, Yesus berdoa kepada Bapa agar tetap menjaga kita tetap tinggal di dalam-Nya. Dan ketiga, Yesus berdoa bagi diri kita di dalam pemeliharaan-Nya.
Tentu hal ini tidak seharusnya membuat kita bersantai di dalam pergumulan kita untuk tetap tinggal di dalam Yesus. Sebaliknya, fakta ini memberikan kepastian, bahwa pergumulan kita untuk tinggal di dalam Yesus tidak mustahil untuk dicapai, karena tidak bergantung kepada diri kita sendiri. Yesus telah menang atas segala kuasa dosa yang membebani diri kita. Oleh sebab itu, perintah untuk tinggal di dalam Dia menjadi begitu indah didengar ketika kita percaya dan menyerahkan hidup kita kepada Pribadi yang setia. Amin.
*Tornado Gregorius Silitonga adalah Staf BPC Perkantas Jakarta