Ketika duduk di kelas 2 SMA, salah satu sahabat saya dari SMP mengajak saya ke rumah persekutuan Perkantas sepulang sekolah. Karena tidak ada kegiatan lain hari itu, saya pun bersedia menemani dia ke Perkantas.
Sesampainya di sana, ternyata kami sudah ditunggu oleh seorang kakak TPS (Tim Pembimbing Siswa) dan dua teman kami yang lain. Di ruang doa rumah persekutuan Perkantas itulah, pertama kalinya saya mendengar tentang mengapa saya harus menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, dan juga bahwa kelompok yang kelak akan bertemu secara rutin setiap minggu itu bernama KTB (Kelompok Tumbuh Bersama), dimana saya dan teman-teman yang lain akan bersama-sama belajar menjadi murid Kristus.
Apa yang teman saya lakukan mengingatkan saya pada kisah Filipus dalam Alkitab, yang mengajak Nathanael untuk bertemu Yesus. Dalam Yohanes 1:45-46, dikisahkan bahwa setelah Filipus bertemu Yesus, ia segera menemui Nathanael dan berkata, “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Nathanael awalnya ragu dan bertanya, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Namun, Filipus tidak menyerah; ia tetap mengajaknya untuk “datang dan melihat” (Yohanes 1:46). Filipus membawa Nathanael kepada Yesus, dan akhirnya Nathanael menjadi salah satu murid yang setia mengikuti Tuhan.
Kisah Filipus dengan Nathanael dan undangan sederhana dari sahabat saya ini mengajarkan saya tentang pentingnya menjadi sahabat yang tidak hanya hadir di saat suka dan duka, tetapi juga peduli akan kehidupan rohani teman kita. Mengajak seorang sahabat mengikuti KTB, persekutuan, atau ke gereja mungkin terlihat sederhana, bahkan bagi sebagian orang mungkin terkesan sepele. Namun, siapa tahu bahwa ajakan itu bisa menjadi awal perjalanan yang akan mendekatkan mereka kepada Tuhan. Hal terbaik yang bisa kita lakukan bagi sahabat kita adalah mengajaknya bertemu Yesus, Sang Sahabat Sejati.
Pengalaman saya bersama teman-teman di KTB menjadi salah satu bentuk nyata dari persahabatan yang berpusat pada Kristus. Setiap pertemuan kami membawa semangat baru dalam belajar firman Tuhan dan menumbuhkan iman. Saya bersyukur karena memiliki seorang sahabat yang mengajak saya untuk bertemu dengan kakak pembina rohani yang kemudian menjelaskan pentingnya menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.
Filipus telah memberi contoh tentang bagaimana kita bisa membawa teman kita kepada Tuhan. Begitu juga dengan teman saya yang membuka pintu bagi saya untuk mengenal Yesus. Kiranya kita juga dapat menjadi sahabat seperti itu—sahabat yang membawa kabar baik, mengajak teman kita untuk bertemu dengan Sang Juruselamat, dan bersama-sama bertumbuh dalam iman.
Penulis adalah Staf Divisi Media Perkantas