Fransisca Riswandani:
Memberkati Bangsa Lewat Keluarga

Tanggal 29 Juni diperingati di Indonesia sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas) karena kualitas keluarga bagi bangsa dipandang sangat penting. Perkantas pun memiliki beban yang sama. Visi besar Perkantas adalah membentuk pemimpin-pemimpin yang menjadi berkat bagi keluarga, bangsa, negara dan dunia.

Keluarga, rancangan Allah
Keluarga adalah rancangan penting Allah bagi misi-Nya. Allah membentuk keluarga supaya menghasilkan keturunan ilahi yang mengupayakan dan membawa kemuliaan Tuhan di bumi.

Keluarga membentuk seorang pribadi menjadi utuh. Pribadi yang utuh akan berenergi dan mampu menjadi berkat bagi bangsa negara. Di dalam sebuah keluarga, seseorang mendapat pendidikan, pengenalan akan Allah, pengenalan akan diri, pemenuhan kebutuhan fisik, emosi dan psikologis, memiliki rasa aman, kepercayaan diri dan banyak hal lainnya. Orang tua di Israel diperintahkan untuk mengajarkan perintah Tuhan kepada anak-anak mereka (lih. Ul. 6:4-10).

Tantangan keluarga masa kini
Akan tetapi, keluarga yang kuat disertai pribadi anak yang utuh menjadi harga mahal sekarang ini. Pengaruh globalisasi dan makin besarnya tuntutan kebutuhan hidup mendegradasi kualitas keluarga karena orang tua bertambah sibuk bekerja mencari nafkah, sehingga mengesampingkan kebutuhan emosi dan psikologi anak-anak.

Media dengan berbagai daya tariknya menjadi pintu masuk perselingkuhan yang berujung perceraian. Relativisme menggeser prinsip firman Tuhan yang menempatkan keluarga sebagai pondasi menjadi sekadar alternatif pilihan hidup. Masyarakat pun menempatkan keluarga bukan untuk misi, melainkan sebatas menjaga tradisi.

Hadirnya keturunan pun dimaknai untuk merawat masa tua orangtua, atau sekadar meneruskan usaha keluarga. Kriteria pasangan tidak lagi terlalu diperhatikan. Pula pendidikan keluarga diampu lembaga pendidikan, bahkan menjadi kebanggaan apabila anak sedini mungkin dididik di luar rumah. Akibatnya, keluarga rapuh dan mudah terombang-ambing arus dunia.

Hilangnya mandat Allah dalam keluarga berdampak besar. Tak ada yang memikirkan untuk benar-benar mengemban misi Allah untuk mengelola bumi, mengusahakan dan membawa kesejahteraan bagi seluruh manusia. Berisi orang-orang yang mengupayakan bumi untuk diri sendiri, lahirlah korupsi dan serentetan dosa serupa. Ambruklah bangsa dan negara.

Keluarga, awal pemulihan bangsa
Pemulihan bangsa dimulai dengan pemulihan keluarga-keluarga yang ada. Kebangkitan bangsa dimulai dengan membangun keluarga yang mencintai Allah. Siswa, mahasiswa, dan alumni yang sudah lahir baru, bertumbuh dalam pengenalan akan Allah sehingga memiliki cara pandang Ilahi, merekalah yang mampu memulihkan keluarga.

Tentu upaya di atas bukan tanpa tantangan dan risiko. Diperlukan ketekunan berdoa dan usaha membawa terang Injil di atas budaya dan nilai keluarga yang gelap. Diperlukan kerendahan hati dan hikmat dalam kesempatan menanamkan kebenaran yang bertentangan dengan tradisi lama. Diperlukan keteguhan dan keberanian hati untuk tidak kompromi dengan falsafah dunia yang tak berarah.

Mari mempersiapkan diri menjadi pria dan wanita utuh yang mampu berpasangan secara dewasa. Mari menjadi orang tua yang rendah hati belajar dan mengajar anak yang dipercayakan Allah.

Selamat memberkati keluarga, selamat memberkati bangsa.

____________________________________________
*Penulis adalah Staf Alumni Perkantas Malang

Tinggalkan Balasan

Translate »