Rido Kelmaskossu:
Iman Kristen dan Kebinekaan

“Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”
(Matius 10:7-8)

Tugas utama dari seorang Kristen adalah menyatakan kasih Allah dalam Yesus bagi isi dunia. Ketika saya ditanya, “Bagaimana itu injil Yesus?” Maka tanpa ragu saya akan menjawab, “Yesus mati untuk menebus dosa kita agar kelak kita bisa masuk surga.” Lebih jauh, saya akan menjelaskan bahwa “Allah mengasihi anda, namun oleh karena dosa, Anda menjadi terpisah dengan Allah dan tidak dapat menjalin hubungan denganNya. Hanya dengan percaya kepada Yesus, Anda dapat mengenal dan mengalami kasih Allah serta menerima kehidupan yang kekal.”

Apakah penjelasan di atas bisa diterapkan dalam negara kita yang sangat majemuk? Bagaimana iman Kristen bisa diterapkan dalam prinsip “Bhinneka Tunggal Ika” yang menjadi tuntunan hidup bangsa sejak zaman nenek moyang kita? Apakah nilai-nilai toleransi dapat diamalkan dalam hidup kekristenan kita? Semoga tulisan ini bisa menolong kita, warga kerajaan Allah, yang sementara hidup dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Injil kerajaan Allah
Injil yang secara harafiah berarti “kabar baik” memang benar-benar berisi kabar baik. Kita sepenuhnya percaya bahwa Allah mengasihi kita, kita terpisah dengan Allah karena dosa, dan hanya pengorbanan Yesus saja yang dapat memulihkan hubungan ini. Aspek-aspek Injil (dikasihi, diampuni, Kristus di dalam kita), sudah cukup bagi saya untuk menjadi pengikut Kristus yang baik. Namun, ketika saya memahami “Injil Kerajaan Allah”, maka ada kebenaran yang lebih dari sekadar kabar baik. Kabar mengenai surga setelah kematian telah menutupi kabar, bahwa sebenarnya kita sudah berada di surga pada saat ini juga. Dengan kata lain, kita menantikan surga yang akan datang, namun mengabaikan kehadiran kerajaan Allah pada saat ini. Pemahaman ini mengakibatkan kita tidak akan mudah untuk hidup bernegara di tengah kemajemukan bangsa. Sebenarnya, kehadiran kerajaan Allah harusnya mewarnai kehidupan bernegara saat ini. Inilah yang seharusnya menjadi misi kita dalam berbangsa dan bernegara, yaitu menghadirkan kerajaan Allah di tengah-tengah bangsa saat ini.

Iman Kristen dalam berbangsa dan bernegara
Pada umumnya, iman dipahami sebagai “percaya”, menerima dengan sepenuh hati apa yang diyakini sebagai kebenaran. Dalam perspektif Kristen, iman menurut kitab Ibrani adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1). Iman membuat Abraham taat, pergi meninggalkan negerinya. Karena iman, runtuhlah tembok kota Yerikho di hadapan umat Israel. Karena iman, manusia menerima penugasan Allah untuk memenuhi bumi dan menaklukanya” (Kej. 1:28). Karena iman manusia dibenarkan oleh Allah, oleh kasih karunia karena penebusan oleh Yesus Kristus (Roma 3: 24, 28).

Iman sangat terkait dengan percaya kepada Allah, Tuhan segenap alam ini, dan percaya Kemahakuasaan-Nya. Allah yang menciptakan alam semesta yang penuh keteraturan dan kebaikan, namun hal itu dirusak oleh dosa manusia dan iblis. Dosa merusak keutuhan ciptaan. Walaupun demikian, Allah kembali mengadakan jalan keluar bagi keselamatan manusia dan dunia, termasuk juga Indonesia, agar lepas dari kehancuran.

Adanya jalan keselamatan tidak lantas menghapuskan pegumulan orang percaya dalam berbangsa dan bernegara. Terdapat dua ekstrem yang harus dihindari: 1. Semangat beragama yang mengakibatkan kehidupan bernegara tidak menjadi prioritas, dan 2. Bernegara di tengah masyarakat yang plural membuat toleransi yang mengarah kepada kompromi akan iman Kristen. Kedua ekstrem ini akan membawa kita kepada hal yang merugikan gereja, bahkan tidak bisa menjadi kesaksian bagi bangsa dan negara kita. Kedua ekstrem ini menyebabkan pemahaman radikal dan kompromi mengakar kuat, sehingga iman yang seharusnya dirasakan oleh bangsa ini menjadi hambar dan tidak bisa dinikmati oleh orang lain, nilai-nilai kerajaan Allah tergerus, dan hanya akan menimbulkan penghinaan-penghinaan yang menyebabkan terjadinya konflik yang tidak pernah berakhir.

Negara Indonesia seharusnya berkembang dengan adanya peran aktif dari orang percaya. Orang percaya harus memanfaatkan peluang dimana saat ini kehadiran Allah sangatlah dibutuhkan oleh bangsa kita. Kehidupan bernegara harus dipersembahkan sebagai sebuah ibadah bagi kemuliaan Bapa dan dimanfaatkan dalam rangka saling melayani oleh kasih (Gal 5:13). Upaya membangun Indonesia harus dilakukan dengan segenap hati sebagai karya dari orang percaya, sebagai kawan sekerja Allah, mengupayakan dengan sungguh-sungguh kemajuan bangsa karena digerakan oleh iman yang hidup. Iman yang hidup itulah yang menyebabkan kesaksian akan sangat berarti dan dinikmati oleh segenap bangsa, mengadirkan keadilan sosial dan mengusahakan kesejahteraan orang banyak.

Iman yang sejalan dengan “Bhinneka Tunggal Ika”
Berbeda-beda tetapi tetap satu, itulah semboyan negara Republik Indonesia. Ada ungkapan bahwa kita tidak sama dengan orang yang belum/tidak percaya, tetapi kita bisa bersama-sama ada dalam membangun bangsa. Apakah hal ini bertentangan dengan iman Kristen? Tentu saja tidak, karena dengan kebersamaan itu bisa terjadi kerja sama. Kerja sama akan mengurangi pemahaman yang keliru tentang iman orang percaya. Kerja sama akan mendorong terjadinya dialog dari berbagai sudut pandang. Di sinilah iman Kristen bisa dinyatakan, bisa dikecap oleh orang lain, bisa dinikmati dan mungkin bisa diterima oleh orang lain oleh pekerjaan Roh Kudus. Membangun kebinekaan juga merupakan panggilan umum bagi orang percaya, dimana peran nyata membangun kota dimana Tuhan tempatkan harus diwujudkan karena kesejahteraan suatu kota merupakan kesejahteraan orang percaya juga.

Amanat Tuhan Yesus untuk pergi dan memberitakan bahwa kerajaan sorga sudah dekat sejalan dengan menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, menahirkan orang kusta, dan mengusir setan-setan. Banyak orang yang berbeda iman percaya memiliki persoalan dan masalah yang seperti Tuhan Yesus sebutkan. Menghadirkan kerajaan Allah sangat identik dengan kesejahteraan banyak orang. Yesus melanjutkan, orang percaya telah memperolehnya dengan cuma-Cuma, maka haruslah diberikan (dipersembahkan) juga dengan cuma-cuma kepada orang yang membutuhkan.

Bhinneka Tunggal Ika membuka ruang kepada orang percaya untuk menyalurkan berkat Tuhan kepada saudara sebangsa setanah air untuk merasakan betapa baiknya Tuhan yang merahmati Indonesia dengan kekayaan yang besar, alam yang kaya, dan juga dengan kehadiran orang percaya. Alangkah malangnya nasib bangsa ini, jika orang percaya tidak mengambil bagian dalam negara yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika.


Penulis adalah Staf Mahasiswa Perkantas Ambon

Translate »