Salam sejahtera, saya Fini Angkouw, seorang alumni muda yang baru saja menyelesaikan studi S1 di salah satu universitas di Sulawesi Utara tahun lalu. Saya bersyukur atas setiap kesempatan dan anugerah Allah sehingga saya dipercaya untuk melayani di Tim Pendampingan Pelayanan Mahasiswa (TPPM). Dalam kesempatan ini, saya ingin berbagi kisah “ziarah” rohani yang saya lalui bersama Tuhan.
EARC (East Asia Regional Conference) adalah kegiatan tiga tahunan yang melibatkan siswa, mahasiswa, dan staf dari IFES (International Fellowship of Evangelical Students) di seluruh Asia Timur. Pada kesempatan kali ini, Sulawesi Utara mengutus dua peserta, dan saya bersyukur menjadi salah satu di antara mereka. Namun, ada beberapa kekhawatiran yang muncul dalam persiapan, terutama terkait dana dan persiapan pribadi, khususnya kemampuan bahasa Inggris yang saya rasa masih kurang.
Tujuh hari sebelum keberangkatan, paspor saya belum selesai karena kendala di sistem imigrasi, dan kondisi dana juga belum mencukupi. Situasi tersebut membuat saya merasa putus asa. Namun, Tuhan tidak pernah terlambat. Pada hari terakhir, paspor saya berhasil diproses, dan Tuhan juga menggerakkan para alumni untuk membantu mencukupi kebutuhan dana.
Dalam momen ini, saya kembali merasakan penyertaan Tuhan dan melihat bagaimana Ia berdaulat atas hidup saya. Proses ini memperlihatkan betapa Allah senantiasa bekerja dalam kehidupan kita.
Perjalanan menuju Thailand pun tidak mudah; saya dan Kenny menghadapi berbagai tantangan. Namun, saya bersyukur karena Tuhan selalu menghibur dengan cara-Nya yang kreatif. Saya sangat antusias dengan materi yang akan disampaikan dalam konferensi tersebut, meskipun rasa takut masih menghantui. Pada malam pertama, saya berdoa agar Tuhan memberi saya keberanian untuk berinteraksi dan membangun relasi. Puji Tuhan, dari hari pertama hingga terakhir, saya bisa menikmati seluruh rangkaian kegiatan.
Salah satu sesi yang paling berkesan adalah Standing in the Gap, di mana setiap negara menayangkan video singkat dan pokok doa tentang perjalanan pelayanan mereka. Sungguh mengharukan melihat bagaimana Allah mengirim orang-orang untuk mengerjakan misi-Nya di berbagai tempat. Selain itu, kami juga berkesempatan memuji Tuhan dengan bahasa masing-masing negara, sebuah pengalaman luar biasa yang memperlihatkan keagungan Tuhan.
Saya bersyukur atas setiap bagian dari perjalanan “ziarah” ini, yang menolong saya untuk terus berjuang melayani mahasiswa di kota tempat saya tinggal. Semoga melalui cerita ini, teman-teman juga termotivasi untuk terus taat dalam menjalankan panggilan pelayanan.
Terpujilah nama Tuhan!