“I will be your bridge over deep water if you trust in me”. Sepenggal kalimat yang diucapkan oleh Rev Claudia Jeter, seorang penyanyi Gospel dari kwartet “Silverstone”, telah menginspirasi Paul Simon untuk menulis lagu “Bridge Over Troubled Water”. Lagu ini adalah refleksi persahabatan Simon dan Jeter, bercerita tentang pengorbanan seorang sahabat. Berkorban untuk menopang, memberi kekuatan hidup, memberi optimisme, menjadi tempat berbagi beban, bagi sahabat yang sedang susah, putus asa, dan lemah.
Lagu yang penuh dengan religiusitas itu terasa sangat inspiratif bagi banyak orang. Tidak heran, lagu itu menjadi lagu populer sepanjang masa dan menyabet penghargaan 8 platinum. Religiusitas lagu itu tampak dalam lirik-lirik yang amat mengagungkan nilai-nilai pengorbanan, perhatian dan. kepedulian. Meski lagu itu juga memotret sisi tentang kerapuhan manusia yang tidak bisa hidup dalam kesendirian.
Bagi Simon, seorang sahabat yang sejati adalah ketika ia tetap setia mendampingi sahabatnya ketika berada dalam kegelapan, kefrustasian, dan kecemasan. Di situlah peran sahabat yang menjadi penghibur dalam kekalutan hidup. Sahabat itu bisa siapa saja. Mungkin ia adalah saudara, pasangan hidup, tetangga, bahkan musuhnya sekalipun.
Menjadi jembatan, bukan tembok
“We need a bridge, not a wall,” ungkap Paus Fransiskus ketika merayakan 25 tahun keruntuhan Tembok Berlin. Beliau menyatakan, bahwa dimana ada dinding, di situ ada hati yang tertutup. Dan itu berarti ada pengasingan manusia.
Tembok Berlin yang dibangun tahun 1961 adalah simbol tentang pemisahan manusia berdasarkan ideologi negara. Banyak masyarakat yang terluka karena keterpisahan antarkeluarga, antarsaudara, maupun antarteman. Di dunia ini, banyak orang dipaksa terpisah karena adanya perbedaan agama, ideologi, paham, politik, budaya, dan perbedaan-perbedaan lainnya.
Alumni: jembatan keberagaman
Keberagaman yang sejatinya adalah sebuah kekayaan menjadi sebuah alat ampuh untuk memisahkan hubungan dalam masyarakat. Perbedaan-perbedaan itu telah menjadi sebuah dinding yang menghalangi komunikasi dan interaksi antar manusia. Dinding itu telah menciptakan permusuhan dan rasa curiga di antara manusia.
Indonesia sekarang ini berada di situasi yang darurat dalam hal keberagaman. Rasa aman sebagai satu bangsa dan satu saudara tercederai akhir-akhir ini. Alumni Kristen hidup dalam situasi yang pelik dan tidak mudah di lingkungan sekitarnya. Peran alumni sangat dibutuhkan untuk menjadi jembatan-jembatan bagi keterpisahan hubungan yang sedang berlangsung di masyarakat. Pelayanan alumni ditantang untuk memperlengkapi alumni agar berani berkorban, peduli, juga menaruh perhatian kepada situasi kemasyarakatan saat ini.
Memasuki tahun pelayanan 2018, mari kita sebagai alumni menyadari panggilan kita untuk menjadi berkat bagi lingkungan kita, menjadi jembatan bagi perbedaan masyarakat, menjadi teman bagi yang lemah, bahkan menjadi sahabat bagi mereka yang memusuhi kita. Semoga Tuhan menolong kita.
Penulis adalah Ketua Graduate Center Perkantas