Education is the most powerful weapon that you can use to change the world.” Pendidikan adalah senjata terkuat yang bisa anda gunakan untuk mengubah dunia. Ini adalah kalimat terkenal dari Nelson Mandela, pejuang apartheid yang mengubah “wajah” Afrika dan kemudian menjadi presiden Afrika Selatan.
Dengan semangat yang sama, ribuan orang terjun kedalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah Rinto Tampubolon, S.Pd. “Pendidikan masih menjadi faktor utama penyebab maju mundurnya sebuah bangsa, jadi sebisa mungkin saya akan terlibat dalam bidang penentu ini,” demikian jawabnya, menanggapi pertanyaan mengenai mengapa ia terjun ke dalam bidang pendidikan.
Guru muda kelahiran Pematangsiantar, 15 Juni 1988 ini mengaku terinspirasi oleh beberapa guru yang berjuang dalam bidang pendidikan yang tergabung dalam Komunitas Air Mata Guru (KAMG). Sebagaimana kita ketahui, KAMG beranggotakan guru-guru yang berjuang membongkar kecurangan yang terjadi dalam Ujian Nasional, yang beberapa di antaranya justru diskors bahkan dipecat oleh sekolah tempat mereka mengajar. Melalui berbagai pertemuan dan sharing, hati Rinto makin gelisah dan tergerak untuk ambil bagian dalam bidang pendidikan.
Lulusan Fakultas Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Medan ini mengenal pelayanan Perkantas semenjak kelas 1 SMA, bermula dari ketertarikannya dengan persekutuan siswa, hingga akhirnya memutuskan untuk dibina dalam kelompok kecil. Tangan Tuhan menuntunnya hingga pelayanan mahasiswa dan mengenal lebih dalam pelayanan ini lewat beberapa acara besar yang diikutinya, seperti Coordinator Mission Camp (CMC), 2008; Kamp Nasional Mahasiswa (KNM) 2010, dan East Asia Regional Conference (EARC) 2011.
Tak hanya dalam kegiatan belajar mengajar, kegelisahan penyuka jus alpukat ini juga tertuang dalam berbagai tulisannya yang sering dimuat di harian Analisa, sebuah surat kabar lokal di Sumatera Utara. Ia tergabung dalam komunitas menulis Perkamen (Perhimpunan Suka Menulis) Medan, yang membuatnya menyadari kekuatan dari tulisan. Beberapa judul tulisannya yang pernah dimuat, antara lain, “Menyoal Sertifikasi Guru”, “Pendidikan yang Menindas”, “Candu Korupsi Struktural”, dan “Mengimpi Sekolah Ideal”.
Ketika ditanya pendapatnya mengenai Perkantas, pehobi petualangan alam, tenis meja, dan menulis ini mengaku bahwa pelayanan Perkantas telah punya pengaruh yang cukup besar untuk mempersiapkan generasi muda bangsa untuk menjadi pribadi yang berintegritas di bidangnya. Penyuka warna putih, biru, dan hitam ini juga menyatakan sukacitanya ketika mendapati bahwa Perkantas tak lagi berfokus kepada urusan spiritual mahasiswa yang dilayani, tapi juga masalah pengetahuan dan kontribusi mahasiswa bagi bangsa dan negara.
Harapannya, Perkantas tetap menjadi lembaga mitra pelayanan mahasiswa yang terus dipercaya untuk mempersiapkan generasi Kristen yang cinta Allah dan juga bangsa. (ayus)
* Dituliskan oleh Rinto Tampubolon, S.Pd.
**Diterbitkan dari Perkantas News Edisi I, Tahun 2012