“yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Filipi 2:6-8, TB
Saya mendapati bahwa problem yang sering dialami oleh orang muda yang saya layani adalah bagaimana agar mereka memiliki ketaatan yang bersifat permanen atau punya ketaatan yang bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Kadang-kadang, kegagalan untuk taat dalam jangka waktu yang panjang atau kegagalan memiliki ketaatan yang bersifat permanen itu membuat kita sebagai orang percaya frustasi dengan perjalanan iman kita.
Tapi, kalau kita pikirkan lagi, ketaatan kita kepada Tuhan cenderung bersifat sementara karena yang pertama, ada motif untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Kita taat karena ada sesuatu yang kita inginkan dari Tuhan, seperti mau ujian, ketika mau cari kerja, atau ada pergumulan lainnya; dan akhirnya ketika pergumulan itu selesai, maka kita akan kehilangan alasan untuk taat.
Atau yang ke-2, kita cenderung tidak bertahan lama dalam ketaatan kita karena kita takut kehilangan kenyamanan. Ketaatan pada firman Tuhan biasanya mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman dan kadang karena sudah nyaman menghidupi dosa atau karakter lama yang buruk, akhirnya ketaatan kita kita pilih-pilih hanya untuk bagian firman tertentu saja, sehingga ketaatan kita jadinya juga hanya sementara saja.
Namun, dari firman Tuhan yang dikutip di atas, kita melihat bagaimana ketaatan Yesus merupakan sebuah ketaatan yang sangat radikal. Yesus taat dari tahta-Nya yang mulia di sorga sampai menjadi hamba di bumi dan juga sampai mati di kayu salib; dan Yesus taat bukan untuk mendapatkan keuntungan, tapi justru Dia taat untuk keuntungan kita. Yesus juga taat bukan untuk mencari kenyamanan, tetapi Dia meninggalkan kenyamanan agar kita bisa hidup nyaman di dalam kasih Bapa dan terbebas dari belenggu dosa.
Yesus taat karena Dia mengasihi kita.
Inilah kunci bagi ketaatan kita agar bertahan lama. Kasih adalah kunci bagi kita untuk bisa memiliki ketaatan yang bertahan dalam jangka waktu yang lebih panjang. Kasih pada Tuhan harusnya menjadi dasar ketaatan kita. Kasih bukan karena menginginkan sesuatu, tetapi karena sudah mendapatkan segala sesuatu, yakni pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib, yang mati bagi dosa kita. Kasih pun bahkan bisa menggerakkan kita untuk rela meninggalkan kenyamanan kita dan berkurban demi sosok yang kita kasihi, yakni Tuhan kita.
Jika kita mengasihi Tuhan, maka kita akan taat, dan hanya karena kasihlah ketaatan kita bisa bertahan lama. Kiranya kita bisa terus belajar memelihara kasih kita kepada Tuhan dan terus menghidupi Injil keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan bagi kita. Kiranya kita bisa sama-sama berjuang memelihara ketaatan kita di dalam Yesus Kristus. Amin.
Artikel disadur dari siaran “Sejenak Menikmati Sabda”, yang selengkapnya dapat disaksikan pada tautan ini. Ega Maggang adalah staf siswa di Perkantas Kupang.