Banyak orang menganggap pemuridan hanya berisi aktivitas seperti belajar Alkitab, menghafal ayat Alkitab, melakukan proyek ketaatan, atau berbagi pergumulan dan saling mendoakan. Gambaran tersebut dapat membuat pemuridan menjadi sekadar formalitas jika tidak dilandasi oleh kasih sebagai aspek penting yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus. Kisah dalam Injil Yohanes pasal 13 menghadirkan gambaran yang jauh lebih dalam tentang arti sejati dari pemuridan, yaitu pelayanan dengan kasih yang tulus.
Pada malam sebelum Yesus disalibkan, Dia mengumpulkan murid-murid-Nya untuk makan Paskah. Ini adalah saat-saat terakhir Yesus bersama para murid sebelum penderitaan-Nya dimulai. Sebagai teladan utama, Yesus melakukan sesuatu yang mengejutkan: Ia membasuh kaki para murid-Nya. Dalam konteks saat itu, seorang budaklah yang seharusnya melakukan pembasuhan kaki; bahkan para Rabi sekalipun tidak mengharapkan hal ini dari murid-muridnya. Tindakan Yesus ini tidak hanya mencerminkan kerendahan hati, tetapi juga mengajarkan prinsip pelayanan yang sejati. Seperti yang tertulis, “Karena Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Markus 10:45).
Yesus sebagai guru mereka tidak hanya mengajar dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan-Nya, yang menyentuh hati para murid. Dia menunjukkan, bahwa pelayanan bukanlah tentang memegang kekuasaan atau menghormati status, tetapi melayani dengan sepenuh hati kepada sesama. C.S. Lewis pernah berkata, “Kerendahan hati bukan berpikir lebih rendah tentang diri Anda sendiri. Itu adalah berpikir lebih sedikit tentang diri Anda sendiri.” Teladan Kristus dalam membasuh kaki murid-murid-Nya adalah contoh nyata dari kerendahan hati yang sejati.
Teladan ini mengajarkan kepada kita bahwa sebagai murid Kristus, kita pun harus siap mengasihi siapa pun. Teladan Kristus juga mengingatkan kita bahwa pemuridan yang sejati adalah tentang menjadikan hidup kita sebagai cermin kasih dan pelayanan Kristus bagi orang-orang yang kita muridkan. Kita tidak hanya mengajarkan kebenaran, tetapi juga harus berjuang menjadi teladan kebenaran. Seperti yang disampaikan dalam 1 Yohanes 3:18, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” Seperti para murid yang menerima pengajaran dan teladan langsung dari Tuhan Yesus, mereka pun akhirnya berjuang untuk hidup dalam ketaatan. Pemuridan yang sejati adalah pemuridan yang menyentuh hati. Saat hati seseorang disentuh oleh kebenaran, maka itulah yang menggerakkannya untuk melakukan kebenaran. Tuhan Yesus memberkati.
*Penulis adalah Staf Mahasiswa Perkantas Sulawesi Selatan
Satu pemikiran di “Pemuridan yang Menyentuh Hati”
Uwuwuwu, makasih sharingnya yang memberkati kak intan😍