Kalimantan Barat dikenal sebagai Bumi Khatulistiwa, merupakan sebuah provinsi dengan luas wilayah 146.807 Km2 dan populasi penduduk tercatat sebanyak 5.333.204 jiwa (2016) dengan IPM peringkat ke-29 secara nasional. Potensi alam yang sangat beragam terutama bidang pertanian, kehutanan, dan pertambangan merupakan undangan bagi investor domestik dan luar negeri untuk mengembangkan berbagai bentuk usaha.
Namun berdasarkan data dan fakta tersebut, kekayaan potensi yang ada tidak didukung oleh kuantitas dan kualitas SDM manusia yang mampu mengelolanya secara maksimal. Keberadaan Perkantas di Bumi Khatulistiwa selama enam belas tahun ini terpanggil untuk mempersiapkan generasi intelektual muda agar dapat bersumbangsih membangun Kalimantan Barat. Untuk menjawab tantangan tersebut, alumni PMK Universitas Tanjungpura-Pontianak melihat kesempatan pengembangan serta penjangkauan pelayanan yang lebih luas. Mereka menetapkan hati bersama-sama dengan rekan-rekan Perkantas Jakarta untuk merintis pelayanan Perkantas di Kalimantan Barat. Pada tahun 2000, berdirilah BPP Perkantas Pontianak dan dimandirikan menjadi BPC Perkantas Kalimantan Barat pada tahun 2010. Saat ini, dalam tahun pelayanannya yang ke-16, Perkantas Bumi Khatulistiwa menekankan pergerakan pelayanan dengan tema “Pemuridan: ditransformasi oleh Injil dan berdampak bagi sesama.” Melalui tema ini, diharapkan agar siswa, mahasiswa, dan alumni yang telah dimuridkan sungguh-sungguh mengerjakan setiap panggilan pribadi secara nyata dan tepat.
Tantangan terbesar dalam membangun karakter Kristen di kalangan siswa, mahasiswa, dan alumni adalah budaya non-kompetitif (selembe = santai) yang telah mengakar kuat, sehingga minat untuk belajar sangat rendah sehingga mempengaruhi kualitas akademis dan kinerja. Usaha untuk menjembatani nilai-nilai pemuridan kepada konteks pergumulan sehari-hari merupakan tantangan yang harus mampu dijawab sebagai dampak dari budaya non-kompetitif tersebut. Selain itu, akses negatif dari budaya populer dan digitalisasi manusia menjadi katalisator bagi ketidakacuhan siswa, mahasiswa, dan alumni untuk mengambil bagian dalam pelayanan serta bertumbuh di dalamnya.
Program-program konstruktif yang dikerjakan untuk menangkal budaya non-kompetitif dan akses negatif budaya populer ini berfokus kepada kelompok kecil untuk membangun kecintaan kepada Firman Allah serta kelompok diskusi yang diarahkan kepada penempatan keilmuan serta pengembangan wawasan Kristen dalam budaya naturalis yang melandasi kehidupan masyarakat di Kalimantan Barat. Menghasilkan alumni tanpa daya saing, baik dalam hal iman maupun kinerja, akan seperti “melempar” mereka untuk tergerus dalam lintasan kemajuan zaman. Oleh karena itu, menghadirkan nilai-nilai Kristiani kepada siswa dan mahasiswa menjadi semakin mendesak untuk dilakukan. Kearifan-kearifan lokal dapat dijadikan jembatan dalam mengkomunikasikan Allah dan anugerah-Nya. Tugas yang tentunya tidak mudah dan memerlukan kerja keras, kerja sama, serta pengorbanan.
Dengan staf yang berjumlah enam orang (satu staf sedang studi lanjut) beserta pengurus BPC dan rekan-rekan komponen pelayanan, Perkantas Bumi Khatulistiwa harus mengerjakan pemuridan di 12 PMK dan 15 sekolah serta persekutuan alumni. Hal ini merupakan tantangan tersendiri selain pelayanan di daerah perintisan dengan jarak tempuh yang panjang. Sejauh ini, Perkantas Bumi Khatulistiwa mengembangkan daerah pelayanan ke beberapa kota, yakni Singkawang, Sintang, dan Ng. Pinoh, serta lebih terfokus kepada pelayanan siswa. Setiap daerah perintisan memiliki keunikan tersendiri dan membutuhkan pendekatan yang berbeda. Membutuhkan usaha yang intensif untuk mengerti dan mengerjakan pendekatan-pendekatan tersebut. Target yang ingin dicapai di daerah perintisan pelayanan sejauh ini adalah hadirnya kelompok-kelompok pemuridan yang berkesinambungan dan mampu memberikan jawaban bagi tantangan kaum muda. Hal itu dimulai dengan membangun sinergi antara peran staf dan keterlibatan alumni-alumni yang berdomisili di setiap daerah perintisan pelayanan.
Enam belas tahun Perkantas Bumi Khatulistiwa telah berkarya. Tantangan tidak semakin kecil dan kebutuhan operasional pun semakin besar. Saat ini, kami sedang berdoa untuk penambahan staf baru serta sebuah rumah persekutuan yang tetap sebagai wadah untuk berkumpul dan bersekutu. Sebidang tanah yang telah dibeli kiranya dapat segera dibangun untuk dijadikan sekretariat. Kiranya Allah yang menginisiasi pelayanan ini menyatakan rencana dan kehendak-Nya bagi kami. (HMR/2015)