Perkantas adalah sebuah organisasi pengkaderan (pemuridan). Produknya bukan murid sembarang murid. Dengan slogan “student today, leader tomorrow”, visinya jauh sekali. Mencetak kader-kader pemimpin. Murid Kristus dipersiapkan untuk memiliki watak seorang pemimpin. Tidak berarti semua binaan Perkantas menjadi pemimpin formal, tetapi jelas pembentukan watak pemimpin adalah sebuah proses yang disengaja. Penginjilan dan pelipatgandaan pun dalam konteks pemuridan, bukan dalam rangka pertumbuhan gereja. Itulah yang membedakan Perkantas dari gereja institusional, sekaligus kontribusinya bagi gereja meski sering tak diakui.
Perkantas awalnya adalah sebuah gerakan membaca Alkitab dan terus memelihara semangat itu. Tidak hanya menjadi pembaca, tetapi juga pelaku firman. Pembinaan di Perkantas kental dengan proyek ketaatan yang terprogram. Dalam arti itu, kehadiran Perkantas merupakan alternatif proses menjadi murid Kristus. Alternatif bagi model pemuridan di gereja. Sekali Perkantas meninggalkan semangat itu, gerakannya akan limbung seperti sosok yang kehilangan semangat.
Perkantas wajib meregenerasi diri dan mereformasi diri agar visi para pendiri dapat diterjemahkan untuk zaman dan tantangan berbeda. Generasi lama selalu menengok ke belakang dan tenggelam dalam romantisme masa lalu, sementara tuntutan generasi baru sudah bergeser. Generasi baru harus membangun di atas fondasi yang sudah diletakkan para pendahulu, namun ia bertanggung jawab menyelesaikan etapenya, mewariskan sesuatu kepada generasi berikut untuk etape berikutnya. Apabila paradigma (kantung anggur) lama masih menjadi paradigma pelayanan masa kini, niscaya sebagian besar kerja keras akan menjadi tak relevan.
Bukan sekadar kumpulan orang terpelajar
Perkantas bukan hanya kumpulan pelajar,mahasiswa, dan alumni. Yang diharapkan dari kumpulan semacam ini adalah intelektualitasnya. Bagaimana Perkantas sebagai lembaga meng-address persoalan-persoalan bangsa secara intelektual dan alkitabiah? Apa kontribusinya bagi persoalan-persoalan bangsa? Cara berpikir simplistik dan sikap defensif harus ditinggalkan. Strategi baru perlu dipikirkan untuk menembus pasar ide dengan cara persuasif. Dengan kesalehan individual sebagai basisnya, menyasar kesalehan publik untuk mencegah pembusukan di dalam masyarakat, membongkar struktur-struktur dosa di dalam masyarakat yang memproduksi dosa-dosa terstruktur. Hanya dengan cara itu Perkantas tidak kehilangan relevansinya.
*Dituliskan oleh Pdt. Yonky Karman, Ph.D, adalah anggota Badan Pengawas Yayasan Perkantas. Tulisan ini diambil dari kata sambutan beliau di buku acara Retreat dan Rapat Paripurna Perkantas 2014
** Tahun XVII | Edisi Juli-September 2014