Diajak Masuk ke Dalam Cerita Besar-Nya

Sebagai bagian dari pelayanan mahasiswa sedunia di dalam naungan IFES (International Fellowship of Evangelical Students), Perkantas juga terlibat dalam pelayanan IFES di regional Asia Timur. Salah satu bentuknya, adalah dengan menjadi panitia pelaksana dan mengirimkan delegasi dalam event tiga tahunan bernama East Asia Regional Conference (EARC). Di tahun 2024 ini, EARC telah diselenggarakan di Thailand pada tanggal 3-9 Juli lalu. Sebagai refleksi setelah mengikuti acara tersebut, beberapa peserta dari Indonesia menuliskan kesaksian mereka. Di bawah ini adalah kesaksian dari Geral, alumnus Binus yang melayani sebagai pengurus Tim Pendamping Pelayanan Mahasiswa (TPPM) Jakarta. Selamat menyimak.

Redaksi

Shalom, saya Geral, alumni dari Binus dan sekarang sedang melayani sebagai pengurus TPPM (Tim Pendamping Pelayanan Mahasiswa) Jakarta. Saya ingin membagikan apa yang saya nikmati saat mengikuti Retreat EARC (East Asia Regional Conference) di Thailand tanggal 3-9 Juli 2024.

Baru beberapa bulan melayani sebagai TPPM, saya diajak oleh salah satu staf Perkantas Jakarta untuk mengikuti EARC. Setelah mempertanyakan mengapa saya yang diajak dan melalui beberapa pertimbangan (dana, kemampuan bahasa Inggris yang kurang, dan takut sulit bergaul), akhirnya saya menetapkan hati untuk ikut.

Dari sesi pertama EARC, saya sangat kagum dan terharu karena Allah seperti membukakan kepada saya tentang visi-Nya yang lebih besar lagi, bukan hanya untuk kampus atau bangsa Indonesia saja, tetapi visi-Nya untuk dunia ini. Ternyata tidak hanya Indonesia, tetapi bangsa lain pun merindukan kemuliaan Allah dinyatakan dalam bangsa mereka dan dalam kondisi bangsa masing-masing. Setiap negara yang hadir sadar bahwa hanya Injil satu-satunya solusi bagi setiap permasalahan bangsa mereka. Saya semakin mengerti ayat Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini…” Kasih Allah yang begitu besar dinyatakan juga dengan mahasiswa-mahasiswi yang begitu rindu mendengar suara Allah di tengah kebisingan dunia ini dan ingin menghidupi panggilan-Nya untuk membangun bangsa mereka masing-masing.

Dari semua sesi EARC, yang paling saya nikmati adalah sharing kelompok. Saya satu kelompok dengan para mahasiswa, dan hanya saya yang alumni. Kelompok saya tidak ada yang lancar berbahasa Inggris, namun keterbatasan itu sama sekali tidak menghalangi kami untuk berbagi tentang apa yang kami nikmati, menunjukkan kasih, dan terus rindu mengenal satu sama lain. Saya pun kagum dengan pemimpin kelompok saya (seorang mahasiswi dari Korea) yang sangat berjuang untuk memahami anggota kelompoknya dan mengoordinasikan kelompok di dalam keterbatasannya dalam berbahasa Inggris (karena melihat diri saya yang menolak untuk jadi pemimpin kelompok di dua minggu sebelumnya karena terkendala bahasa). Sampai sekarang pun saya masih belum bisa “move on” dari mereka.

Akhir cerita setelah ikut EARC, sekarang saya semakin sadar visi Allah terlalu besar bagi saya yang hanya sebuah titik saja di dunia ini. Saya juga semakin menghayati anugerah Allah ketika Ia mengajak saya masuk dalam cerita besar-Nya sebagai pengurus TPPM, dan saya mengerti bahwa apa yang sedang saya usahakan sekarang akan berdampak kepada dunia dan sampai kekekalan. Kiranya Allah berkenan untuk menunjukkan ‘Rahamim’-Nya kepada bangsa Indonesia. Kiranya juga Ia berkenan memakai seorang anak muda yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang oleh kalimat Ms. Anette di dalam khotbah pengutusannya, “To live be forgotten, so Christ might be remembered.”

Exit mobile version