dr. Kristo Kurniawan :
Salah Satu dari Sedikit

Salah satu profesi yang dicita-citakan banyak anak di negeri ini adalah dokter. Tak hanya anak-anak, tak sedikit orang tua yang menginginkan anak-anak mereka berkuliah di Fakultas Kedokteran. Di sini, profesi dokter banyak disalahpadankan dengan materi yang berlimpah. Tak banyak dokter yang mau “terjun bebas” ke daerah-daerah yang “tidak jelas” dalam hal finansial.

Salah satu dari sedikit dokter itu adalah dr. Kristo Kurniawan. Alumnus FK Universitas Pelita Harapan (UPH) 2003 ini sedang menjalani masa-masa awal berpraktik di RS Mardi Waluyo, Lampung.

Sebelumnya, dokter muda ini terjun di RS Misi di Halmahera selama 1,5 tahun, di mana 10 bulan pertamanya adalah masa-masa magang yang difasilitasi oleh PMdN dan merupakan kegiatan lanjutan dari Medical Mission Course (MMC) IV (2011) yang diikutinya.

Selama menjalani masa-masa pelayanan di daerah yang relatif terpencil itu, dokter kelahiran Bandar Jaya Lampung ini sangat terkesan dengan semangat dan etos kerja di sana. Intensitas waktu antara dokter dengan pasien tak terbatasi oleh target-target sebagaimana terjadi di RS-RS pada umumnya.

Keberadaan mobile clinic berupa perahu yang digunakan untuk menjangkau pasien-pasien di pulau-pulau lain menorehkan kesan tersendiri di dalam hatinya. Demikian pula dengan hubungan kekeluargaan yang terjalin di antara rekan sejawat maupun dengan pasien. Keterlibatan dalam menangani pasien terjangkit HIV juga cukup berkesan baginya.

Tak ingin kehilangan “keterampilan klinis”

Ketika Perkantas News menanyakan alasannya untuk tidak berpraktik di Jakarta, dr. Kristo yang juga pernah menjadi tutor di almamaternya selama enam bulan ini menjawab bahwa selain tak ingin kehilangan “keterampilan klinis,” ia juga ingin berkarya di tempat yang memungkinkan interaksi yang cukup antara dokter dan pasien, yang bukan sekedar mengejar target keuntungan.

Penyuka warna biru langit ini pertama kali mengenal pelayanan Perkantas pada waktu mulai berkuliah di FK UPH. Waktu itu, pelayanan mahasiswa sedang dalam masa perintisan, sehingga tiap mahasiswa baru ditanyakan kesediaan untuk mengikuti kelompok kecil. Alumnus SMAN 78 Jakarta ini mengiyakan saja ketika ditawari untuk bergabung dalam KTB. Di situlah ia mulai mengenal Kristus dan belajar bertumbuh secara rohani.

Sayangnya, untuk sementara ini pria berkacamata yang biasa mengisi waktu luang dengan mendengarkan musik atau membaca buku-buku rohani, komik, maupun novel ini belum memiliki teman bertumbuh dalam KTB di Lampung. Itulah salah satu pergumulannya, selain “tekanan” dari sebagian teman seangkatan yang belum memahami pilihannya menjalani hidup yang sederhana dan suka membanding-bandingkan kesuksesan dari ukuran materi. Namun, ia tetap bersyukur bahwa orang tua cukup bisa memahami beban hatinya untuk RS Misi ini.

Pengagum pemain sepak bola Andrea Pirlo, gelandang Juventus yang tenang namun strategis ini juga menyatakan rasa syukurnya atas pelayanan Perkantas, yang menolongnya dalam pertumbuhan iman dan pengenalan akan Tuhan, serta dalam menjalin relasi.

Pesan untuk Perkantas dan mahasiswa kedokteran

Ketika ditanya harapannya untuk Perkantas yang berulang tahun ke-42 di bulan ini, ia berpesan agar Perkantas tetap giat dalam pemuridan, yang adalah dasar yang kuat.

Bagi mahasiswa kedokteran, dokter muda yang ingin selalu menjadi terang dan membagikan kasih seperti ayat pegangannya di Matius 5:14 i n i berpesan, mengingat banyaknya tempat untuk mengembangkan profesi (penelitian, pendidikan, klinis, LSM, pemerintahan, dll.), agar nantinya tetap mengerjakan bidang masing-masing dengan dasar kasih. Kasih itulah yang akan menyukakan hati dan membuat kita berdampak bagi sesama, dan terlebih lagi, memuliakan Tuhan, Dokter Agung yang penuh kasih itu. (ays)

 

*Dituliskan oleh dr. Kristo Kurniawan 
**Diterbitkan dari Perkantas News Edisi I, Tahun 2013
Translate »