Venny Amelia Wongso - Staf Siswa Makassar:
Pilihan yang Tak Pernah Salah

Syalom sahabat Perkantas,

Nama saya Venny Amelia Wongso, atau lebih akrab disapa Feng. Saat ini, saya melayani di Perkantas Makassar bersama dengan 6 orang rekan staf yang lain. Saya ingin berbagi cerita tentang bagaimana saya pertama kali mengenal pelayanan ini, hingga sampai sekarang tetap melayani di Perkantas.

Perkenalan saya dengan pelayanan Perkantas dimulai pada tahun 2001. Saat itu, saya masih di bangku SMA. Masa itu adalah masa yang paling mengubah hidup saya dan tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Ketika saya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, saya bersyukur tidak dibiarkan bertumbuh seorang diri. Rekan-rekan yang lebih dulu menikmati kasih Tuhan melalui pelayanan Perkantas turut andil dalam pertumbuhan kerohanian saya.

Keterlibatan saya dalam pelayanan Perkantas terus berlanjut hingga saya kuliah. Saat menjadi mahasiswa, saya memilih untuk tetap melayani siswa. Alasan saya pada waktu sangat sederhana: Saya bersyukur karena sejak siswa, Tuhan mentransformasi hidup saya dan menghadirkan komunitas sehat bagi saya. Suatu hal yang langka yang bisa dinikmati oleh seorang siswa pada waktu itu. Saya rindu adik-adik siswa bisa mengalami hal yang sama dengan saya, yakni menikmati kasih karunia Tuhan di masa muda.

Keputusan itu tidak pernah saya sesali sedikit pun sampai detik ini. Bagi saya, ini adalah pilihan yang tepat. Melayani siswa adalah sebuah kesempatan emas untuk memenangkan generasi ini bagi Kristus. Anak muda—dalam hal ini siswa—sangat membutuhkan seseorang yang bisa mereka teladani, yang mendengarkan mereka, dan bahkan menjadi sahabat mereka. Itu mengapa saat menjadi mahasiswa, saya memilih tetap melayani siswa di dalam Tim Pembimbing Siswa. Selama kurang lebih 7 tahun saya memilih untuk fokus melayani siswa (sejak siswa hingga mahasiswa dan menjadi praalumni), hingga suatu saat saya mendoakan untuk lebih lagi melayani siswa, dengan cara melayani secara full time. Bukan hal yang mudah untuk diputuskan, apalagi besar harapan orang tua supaya saya bekerja sesuai dengan jurusan semasa kuliah.

Namun, kerinduan saya begitu besar untuk tetap melayani siswa. Hati saya berkobar-kobar dan terpikat oleh pelayanan siswa, sebagaimana dahulu Tuhan telah memikat hati saya pada pesona-Nya. “Ini tentu hal yang baik,” pikir saya waktu itu. “Para siswa harus mendengar kabar baik ini.” “Harus! Tidak dapat ditunda lagi.” “Generasi ini perlu Yesus.” “Siapa yang mau pergi untuk memberitakan hal baik ini?” Kalimat-kalimat seperti itu terus terngiang-ngiang dalam benak saya, hingga akhirnya saya memutuskan untuk menjadi staf siswa.

Perjalanan saat menjadi staf siswa juga bukan hal yang mudah. Menjadi staf perlu banyak belajar. Perlu upgrade diri. Saya masih sangat muda waktu itu. Ada ketakutan tidak bisa mengerjakan pelayanan dengan baik seperti staf-staf terdahulu, yang memiliki rekam jejak yang sangat baik dalam melayani siswa. Saya takut. Namun syukur pada Tuhan, hal itu tidak berlangsung lama. Saya belajar, benar-benar belajar untuk menjadi seorang staf siswa yang mengerti dunia siswa. Secara penuh waktu saya mendampingi rekan-rekan pelayan siswa di Makassar selama kurang lebih 5 tahun, hingga saya memutuskan untuk studi lanjut. Saya memantapkan hati untuk memilih program pascasarjana jurusan Holistic Child Development, dimana hal ini sangat menolong saya dalam melayani siswa.

Setelah menyelesaikan studi, saya kembali melayani siswa di Makassar bersama dengan seorang rekan staf siswa lainnya. Hal ini tidak berlangsung lama, karena Badan Pengurus Cabang Perkantas Sulsel memercayakan kepada saya jabatan Pimpinan Cabang (PC), sehingga saya tidak bisa lagi secara langsung menemani rekan-rekan Tim Pembimbing Siswa (TPS). Namun demikian, hati saya untuk siswa masih berkobar sampai saat ini.

Tentu hal tersebut bukan menjadi penghambat untuk tetap melayani siswa. Visi ini sangat kuat memperlihatkan kepada saya, bahwa melayani siswa adalah pilihan yang tak pernah salah. Sekalipun dengan jabatan PC, saya masih aktif melayani siswa. Puji Tuhan, cakupan menjangkau dan menolong rekan-rekan siswa terbuka lebih luas. Saya bisa bertemu dengan beragam siswa dari berbagai kota dan daerah dengan berbagai latar belakang suku karena tugas dan tanggung jawab yang baru. Betapa baiknya Tuhan memberikan saya pengalaman yang begitu indah dalam melayani siswa.

Saya yakin setiap orang akan diberikan kekayaan yang luar biasa dari Dia, Sang Pemilik pelayanan ini, jika kita dengan penuh sukacita memberi diri untuk melayaniNya dengan sepenuh hati. Amin.

Tinggalkan Balasan

Translate »