Rachel Edwin Marimbunna, S.Ikom:
Menikmati Pimpinan Tuhan

Jika Anda menyukai siaran berita di Metro TV, kemungkinan besar Anda pernah menyaksikan reportase salah satu alumni pelayanan Perkantas Makassar ini. Lahir dan bertumbuh dari keluarga yang gemar menyimak siaran berita dari radio-radio luar negeri, tak heran jikalau Rachel Edwin Marimbunna memiliki “bibit” ketertarikan terhadap dunia penyiaran.

Selepas SMA, Win, demikian panggilan akrabnya, melanjutkan studinya di STIKOM Fajar Makassar (sekarang Universitas Fajar Makassar—red) pada tahun 1997 untuk menekuni bidang komunikasi. Semasa kuliah, penyuka warna biru, putih, dan hitam ini mulai menggeluti dunia penyiaran dan aktif menjadi penyiar di radio kampus.

 

Mengenal Kristus di kampus

Di kampus ini pulalah, bungsu dari empat bersaudara ini mengenal Kristus secara pribadi. Memasuki semester tiga, kakak kandungnya yang telah lebih dulu terlibat dalam pelayanan kelompok kecil “memaksa”nya mengikuti KTB, yang kemudian mengantarkannya mengenal Kristus dan juga pelayanan Perkantas. Kerinduan agar kampusnya memiliki persekutuan mahasiswapun mulai tumbuh. Mulai dengan kelompok PA bersama beberapa teman di kampus, Win menjadi salah satu perintis persekutuan mahasisa di tempatnya berkuliah.

Tahun 2003, penyuka air mineral dan kopi ini mulai menjejakkan kakinya di dunia penyiaran umum, yakni sebagai penyiar dan kemudian produser di radio Suara Celebes Makassar. Profesi “dalam ruangan” itu dijalaninya selama lebih kurang tiga setengah tahun. Meski menikmati tugas dan tanggung jawabnya, kerinduan untuk bisa langsung terjun dan meliput di lapangan tak terbendung.

 

“Tidak seperti yang saya pikirkan”

Karena kerinduan yang besar menjadi seorang jurnalis yang langsung turun ke lapangan, Win yang sempat menikmati pelatihan jurnalistik di Deutsche Welle Radio ini kemudian mengajukan lamaran kerja ke beberapa lembaga penyiaran. Bulan Mei 2007, penikmat musik pop, slow-rock, dan pop-jazz ini resmi bergabung dengan Metro TV hingga sekarang. Jika menelusuri kembali jalan hidupnya hingga saat ini, ia melihat bagaimana Tuhan dengan begitu indah menenun kehidupannya, bahkan melampaui apa yang ia bayangkan. “Saya betul-betul melihat rencana Tuhan untuk saya tidak seperti yang saya pikirkan,” demikian ungkapnya.

Kepada Perkantas News, perempuan yang biasa menghabiskan waktu senggang dengan membaca, mendengar musik, dan jalan-jalan ini mengaku menikmati masa-masa menjadi jurnalis televisi, karena ia bisa terjun dan melaporkan langsung dari tempat-tempat kejadian yang seringkali tak terduga, mulai dari kerusuhan hingga bencana alam seperti erupsi gunung Merapi dan gunung Lokon. Salah satu liputan yang mengesankan baginya adalah ketika ditugaskan ke Bumi Cendrawasih, yang dianugerahi Tuhan dengan keindahan alam yang menakjubkan.

 

Lahirkan cita-cita dari kegelisahan

Meskipun pekerjaan yang ia geluti menuntut waktu dan tenaga ekstra, Win tetap berjuang untuk menjaga hubungan dengan Tuhan secara pribadi, bahkan terlibat dalam pelayanan. Selain menjadi pemimpin kelompok kecil, ia juga menjadi anggota BPC Perkantas Sulawesi Selatan. Ia melihat pentingnya pelayanan pemuridan dan pembinaan yang diperjuangkan oleh Perkantas, juga pentingnya membukakan kondisi yang ada kepada para mahasiswa dan menumbuhkan kepedulian mereka terhadap bidang-bidang profesi yang akan mereka tekuni.

“Anak-anak muda Kristen harus lebih peka, jangan tidak peduli. Jangan apatis, jangan pikir kenyamanan diri sendiri, lihat ke luar,” begitu pesannya bagi generasi muda, “jadi cita-citanya itu lahir dari kegelisahannya, bukan money oriented,” pungkas mahasiswi Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin ini. (ays)


**Diterbitkan di Perkantas News Tahun XVI Edisi September-Nopember 2013
Translate »