Mengejar Nilai Kekal

Shalom,

Pengkhotbah menuliskan kesimpulan dari pengamatannya akan kehidupan dengan getir, bahwa segala upaya manusia di bawah matahari adalah kesia-siaan, bagaikan upaya menjaring angin (1:14). Pada akhirnya, setelah segala waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan, hasilnya bukan hanya tidak atau kurang sepadan, melainkan nihil!

Jika demikian “takdir” segala jerih-payah manusia, lantas bagaimana halnya dengan pelayanan kita? Bagaimana pula halnya dengan pekerjaan dan atau studi kita? Apakah tidak lebih baik kita berhenti bersusah-susah saja, karena toh hasilnya akan sama saja?

Tentu saja jawabannya tidak. Kita sebagai umat Tuhan meyakini sepenuhnya, bahwa setiap detik, “joule”, dan rupiah yang dikeluarkan selama bersusah-payah dalam pelayanan, pekerjaan, maupun studi kita tidaklah sia-sia, selama kita mengejar apa yang ada di atas matahari—apa yang biasa disebut sebagai “nilai kekal”.

Di masa-masa pergantian tahun ini, marilah kita menyisihkan waktu secara pribadi untuk berdiam diri dan merenungkan, apakah kita benar-benar telah mengejar nilai kekal itu, ataukah kita sekadar menjalani rutinitas, tuntutan, dan ambisi pribadi kita.

Kiranya kita menutup tahun 2017 dengan penuh ucapan syukur dan menyongsong tahun 2018 dengan penuh pengharapan, bahwa segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan kita lakukan tidak berakhir di dalam kesia-siaan, melainkan kita akan mendengar Sang Tuan berkata dengan lembut, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”

Redaksi

Tinggalkan Balasan

Translate »