Fanny Lucia Langitan:
Bukan Pahlawan Super Biasa

Apakah Anda suka menonton aksi para jagoan perusahaan komik Marvel (Spiderman, Batman, Iron Man, dll)? Mereka ditampilkan sebagai manusia super: memakai kostum khusus dengan senjata rahasia dan kekuatan yang berlipat ganda, menumpas kejahatan dan menyelamatkan dunia. Sungguh luar biasa! Kitapun dibuat terkagum-kagum karenanya.

Tapi, tentu saja mereka hanyalah tokoh fiksi hasil imajinasi manusia. Juruselamat dunia yang sesungguhnya tidak menempuh jalan yang spektakuler seperti itu. Dia justru mengidentikkan diri-Nya dengan manusia yang berdosa. Dalam Lukas 3:21-22, diceritakan bahwa Yesus juga memberi diri dibaptis oleh Yohanes Pembaptis sama seperti yang lain, meskipun itu adalah baptisan pertobatan. Filipi 2:7-8 mengatakan bahwa Dia telah mengenakan rupa hamba, menjadi sama dengan manusia, merendahkan diri, taat sampai mati bahkan mati di kayu salib. Jalan penyelamatan Yesus adalah jalan turun, merendah, melayani, dan berkorban.

Apa yang Yesus lakukan, sesungguhnya adalah kehendak Allah. Dua hal yang terjadi ketika Dia sudah dibaptis dan sedang berdoa (ayat 22) mengonfirmasikan hal ini, yaitu turunnya Roh Kudus dan terdengarnya suara dari langit yang berkata, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan.”

Jalan Salib
Jalan salib bukanlah jalan yang spektakuler. Bagi orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan bagi orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan (1 Kor. 1:23). Namun, jalan itu adalah jalan kemenangan. Yesus mati untuk menebus kita dan mengalahkan maut dengan kebangkitan-Nya dari kematian. Ia taat pada apa yang Allah mau untuk Ia tempuh.

Bagaimana dengan kita? Kita pun diperhadapkan pada “jalan salib” dalam mengikutiNya. Tekanan-tekanan maupun penderitaan yang harus ditanggung sebagai konsekuensi dari ketaatan mengikuti Dia dalam hidup sehari-hari merupakan bentuk jalan salib yang harus kita tempuh. Saya teringat sebuah lagu yang mengatakan:

“‘Ni-lah jalan salib, relakah kau tempuh? Sudahkah kau tanggung salib-Mu? Kau yang t’lah serahkan semua pada-Hu, setiakah kau pada Hu?” (BLP 217)

Dalam menjalankan kehendak Allah, baik menghadapi kondisi untung maupun rugi, kita diajak untuk tetap setia dan taat mengikutiNya. Kunci untuk melewati jalan tersebut adalah kerelaan hati untuk menanggung segala keadaan dan penyerahan diri penuh kepada Allah. Dan, Yesus telah memberikan kepada kita teladan yang nyata.

Juruselamat yang Riil
Kembali lagi pada jagoan-jagoan Marvel. Sekalipun hanyalah hasil imajinasi, mereka digemari dan diidolakan banyak orang yang bertindak seakan-akan salah satu dari mereka: mengikuti gayanya, memakai kostumnya, dan sebagainya.

Sementara itu, kita punya Juruselamat yang riil, bukan sekedar imajinasi orang atau tokoh fiktif belaka. Maka, sudah seharusnyalah kita lebih lagi mengidolakan Dia dan mengikutiNya. Kita dipanggil untuk mengikuti jalan yang sudah Dia tempuh sambil terus meyakini, bahwa karena Dia telah menang, kita pun akan dimampukanNya untuk menang. Selamat Paskah.


*Dituliskan oleh Fanni Lucia Langitan, PC Perkantas Kalbar
**Diterbikan dalam Perkantas News edisi I tahun 2013

Translate »